Pendidikan Zone - Jelaskan Pengertian Klasifikasi dan Macam Macam Potensi Diri Hubungannya dengan Prestasi! - Potensi Diri untuk Berprestasi Sesuai Kemampuan - Pengertian potensi - Dari segi peristilahan, kata potensi berasal dari bahasa Inggris to potent yang berarti keras atau kuat.
Dalam pemahaman lain kurang lebih semakna, kata potensial mengandung arti kekuatan, kemampuan, dan daya, baik yang belum maupun yang sudah terwujud, tetapi belum optimal.
Sementara itu, dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, yang dimaksud potensi adalah kemampuan-kemampuan dan kualitas-kualitas yang dimiliki oleh seseorang, namun belum digunakan secara maksimal.
Berbagai pengertian di atas memberi pemahaman kepada kita bahwa potensi merupakan suatu daya yang dimiliki oleh manusia. Akan tetapi, daya tersebut belum dimanfaatkan secara optimal. Oleh karena itu, yang menjadi tugas berikutnya bagi manusia yang berpotensi adalah bagaimana mendayagunakan potensi tersebut untuk meraih prestasi.
Klasifikasi Potensi
Secara umum, potensi dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
- Kemampuan dasar, seperti tingkatan inteligensi, kemampuan abstraksi, logika, dan daya tangkap.
- Sikap kerja, seperti ketekunan, ketelitian, tempo kerja, dan daya tahan terhadap tekanan.
- Kepribadian, yaitu pola menyeluruh terhadap semua kemampuan, perbuatan, serta kebiasaan seseorang, baik yang jasmani, rohani, emosional, maupun sosial yang ditata dengan cara yang khas di bawah pengaruh dari luar. Pola ini berbentuk tingkah laku dalam usahanya menjadi manusia sebagaimana yang dikehendaki. Beberapa contoh kepribadian, antara lain ikhlas, tulus, lincah, cerdas, dan lain sebagainya.
Macam-Macam Potensi
Secara umum, macam-macam potensi manusia adalah sebagai berikut:
- Potensi fisik, merupakan organ fisik manusia yang dapat digunakan dan diberdayakan untuk berbagai kepentingan dalam pemenuhan kebutuhan hidup. Potensi fisik berfungsi sesuai dengan jenisnya. Contohnya, mata untuk melihat, kaki untuk berjalan, telinga untuk mendengar, dan sebagainya.
- Potensi mental intelektual (intelectual quotient), merupakan potensi kecerdasan yang ada pada otak manusia (terutama otak belahan kiri). Potensi ini berfungsi, antara lain menganalisis, menghitung, merencanakan sesuatu, dan sebagainya.
- Potensi sosial emosional (emotional quotient), merupakan potensi kecerdasan yang ada pada otak manusia (terutama otak belahan kanan). Potensi ini berfungsi, antara lain untuk mengendalikan amarah, bertanggung jawab, motivasi, kesadaran diri, dan sebagainya. Emotional quotient (EQ) lebih banyak dipengaruhi oleh pola asuh orang tua dan lingkungan.
- Potensi mental spiritual (spiritual quotient), merupakan potensi kecerdasan yang bertumpu pada bagian dalam diri kita yang berhubungan dengan kearifan di luar ego atau jiwa sadar (bukan hanya mengetahui nilai, tetapi menemukan nilai). Dengan SQ manusia dapat muncul sebagai makhluk yang utuh secara intelektual, emosional, dan spiritual. Cara pengungkapan SQ adalah melalui pendidikan agama dan pendidikan budi pekerti.
- Potensi ketangguhan (adversity quotient), merupakan potensi kecerdasan manusia yang bertumpu pada bagian dalam diri kita yang berhubungan dengan keuletan, ketangguhan, dan daya juang yang tinggi. AQ merupakan salah satu faktor spesifik sukses (prestasi) seseorang karena mampu merespons berbagai kesulitan dengan baik. Dengan AQ, berarti seseorang telah mampu mengubah rintangan menjadi peluang.
Potensi-potensi tersebut, pada dasarnya masih merupakan kemampuan yang belum terwujud secara optimal. Oleh karena itu, dibutuhkan hal lain agar potensi tersebut dapat didayagunakan, tentu saja manusia mesti memiliki ambisi. Ambisi inilah yang mendorong orang untuk berusaha meraih keinginannya.
Tanpa ambisi, orang hanya akan merasa puas dengan kondisi yang dimilikinya sekarang, tidak ada keinginan untuk mengubahnya menjadi lebih baik. Walaupun demikian, kita harus mampu untuk menakar kemampuan diri. Jangan sampai ambisi yang berlebihan, yang berada di luar jangkauan dan kewajaran justru membawa kita ke jurang kesombongan dan mendorong pada kegagalan.
Ambisi adalah dorongan untuk mencapai hasil yang diperlihatkan dan dihargai oleh orang lain. Menurut ilmu jiwa, ”keberhasilan” dimaksudkan untuk mempertinggi rasa harga diri dan memperkuat kesadaran diri. Ambisi yang berlebihan (ambisius) mungkin merupakan alat untuk menutupi ketidakberhasilan, baik bagi diri sendiri, orang lain, maupun perasaan rendah diri. Ambisi berbeda dengan cita-cita dan target.
Ambisi adalah keinginan (hasrat, nafsu) yang besar untuk menjadi (memperoleh, mencapai) sesuatu (seperti pangkat, kedudukan) atau melakukan sesuatu. Cita-cita adalah suatu keinginan (kehendak) yang selalu ada di dalam pikiran. Target adalah sasaran (batas ketentuan, dan sebagainya) yang telah ditetapkan untuk dicapai.
Motivasi untuk mencapai hasil bukanlah bawaan, tetapi dibentuk melalui pendidikan. Masyarakat kita yang berorientasi pada sukses dan prestasi, membuat orang tua mendorong ambisi anak dan muridnya. Akan tetapi, banyak orang tidak menyadari bahwa ambisi yang berlebihan merusak keberhasilan. R.G. Stennet dapat memperlihatkan bahwa, ambisi yang berlebihan memberi efek buruk terhadap hasil yang dicapai.
Ambisi yang berlebihan (ambisius) berakibat negatif, tidak hanya terhadap perkembangan kemampuan untuk berhasil, tetapi juga terhadap perkembangan sosial. Orang yang punya ambisi berlebihan cenderung egois dalam mencapai sasarannya. Oleh karena orang yang ambisius lebih memusatkan perhatian pada tujuannya sendiri tanpa memerhatikan tujuan orang lain, dan tidak terbuka pikirannya terhadap orang lain.
Kecerdasan emosi (Emotional Intelligence) adalah kemampuan orang untuk mengenal dan mengendalikan emosinya, mengenal dan memahami emosi orang lain, serta menunjukkan reaksi emosi yang sesuai dengan tuntutan keadaan.
No comments:
Post a Comment
Terima Kasih atas Kunjungannya, Silahkan berkomentar pada kotak komentar di bawah ini!